Share

Beri Kuliah Umum di Kyoto University, Wapres Ajarkan Tentang Tenggang Rasa untuk Rawat Toleransi

Binti Mufarida, MNC Portal · Rabu 08 Maret 2023 15:28 WIB
https: img.vklogger.com content 2023 03 08 65 2777591 beri-kuliah-umum-di-kyoto-university-wapres-ajarkan-tentang-tenggang-rasa-untuk-rawat-toleransi-e1Rxn4VXIs.jpeg Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin memberikan kuliah umum di Kyoto University/Binti M

JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) RI Ma'ruf Amin mengajarkan sivitas akademika Kyoto University tentang tenggang rasa sebagai kunci merawat toleransi dan persatuan.

Hal ini disampaikannya saat memberikan Kuliah Umum di Kyoto University, Jepang, Rabu (8/3/2023).

Terlebih, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun suku.

Diketahui, Indonesia sendir memiliki 17 ribu pulau dengan total 269 juta penduduk, 714 suku, dan 1100 bahasa daerah.

Sementara, agama yang ada di Indonesia terdiri dari Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Untuk menyikapi plularitas seperti ini, para pendiri bangsa Indonesia telah merumuskan motto 'Bhinneka Tunggal Ika' yang artinya 'berbeda-beda tapi tetap satu' untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Follow Berita Okezone di Google News

“Karakter masyarakat Indonesia yang selalu mengedepankan tenggang rasa menjadi kunci dari kuatnya sikap toleransi dan persatuan ini,” tegas Wapres dalam sambutannya.

Oleh sebab itu, sambung Wapres, secara umum perbedaan pendapat di kalangan masyarakat Indonesia tidak sampai menimbulkan pertikaian dan konflik yang keras.

“Jika terjadi benturan atau pertikaian, baik terkait dengan orientasi keagamaan, kepentingan politik, atau ekonomi, masyarakat biasanya menggunakan kearifan lokal untuk meredam konflik [tersebut],” ujarnya.

Tidak hanya itu, tutur Wapres, pemerintah Indonesia sendiri memegang prinsip kebebasan beragama dengan berdasarkan ideologi Pancasila dan sistem negara yang demokratis.

Dalam mewujudkan kebebasan beragama tersebut, bangsa Indonesia juga tetap menjaga prinsip toleransi yang sejatinya telah menjadi bagian dari sejarah bangsa.

“Kami memperkuat manajemen moderasi beragama untuk merawat kemajemukan dalam masyarakat Indonesia,” tegasnya.

Adapun untuk merawat kedamaian dan kerukunan masyarakat, papar Wapres, pemerintah menggunakan empat bingkai pendekatan.

“Pertama adalah bingkai teologis, yakni mensosialisasikan teologi kerukunan dan kedamaian pada masing-masing agama yang ada di Indonesia,” terangnya.

Kedua, sebut Wapres, adalah bingkai politik, yakni penguatan loyalitas kesepakatan nasional (al-mitsaq al-wathani), terutama Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“(Ketiga), bingkai sosiologis, yakni revitalisasi kearifan lokal yang mendukung kehidupan yang damai dan rukun. Setiap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal untuk menyelesaikan pertikaian dan konflik di masyarakat,” urainya.

Selanjutnya yang keempat, ungkap Wapres, adalah bingkai yuridis, yakni penguatan regulasi tentang kehidupan bangsa secara rukun dan damai serta penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang melakukan pelanggaran.

“Dalam konteks teologi kerukunan tersebut, Indonesia mendorong ikatan persaudaraan untuk memperkuat Indonesia yang plural,” ujarnya.

Ikatan persaudaraan tersebut, kata Wapres, meliputi empat bentuk, yakni persaudaraan dalam agama Islam (ukhuwwah Islamiyyah), persaudaraan keagamaan (ukhuwwah diniyyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah), dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah).

“Untuk merawat kondisi tersebut, pemerintah dan organisasi-organisasi keagamaan Indonesia mempromosikan Dialog Lintas Agama (Interfaith Dialogue),” tandasnya.

1
3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis vklogger.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini